Kamis, 24 Mei 2012

Ujung Kulon

Dermaga Taman Jaya, menuju Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon.
Mampir dulu di Pulau Handeuleum
Sekitaran Pulau Handeuleum
Ganti armada, naik sampan menuju sungai Cigenter
Menyusuri sungai, eh rawa sih lebih tepatnya, Cigenter
Trekking menuju Tanjung Layar, Ujung Kulon
Tiba di Tanjung Layar
Tanjung Layar
Beralih ke padang pengembalaan Cidaon
Senja di ujung barat Pulau Jawa

Sabtu, 05 Mei 2012

Trip singkat ke Pulau Sempu, Malang

Berawal dari ajakan seorang teman di Surabaya, Adun, hari senin tanggal 30 April 2012, akhirnya terealisasikan juga perjalanan ke Malang untuk selanjutnya menuju Pulau Sempu yang terletak di Malang bagian selatan. Dikarenakan hari kamis sudah harus berada di Jakarta kembali, saya dan Iqbal, seorang teman saya dari jakarta akhirnya memilih untuk menggunakan pesawat menuju ke Malang, dengan pertimbangan lain juga karena tiket pesawat ternyata lebih murah daripada tiket kereta api eksekutif, plus juga mempertimbangkan efisiensi waktu. Singkat cerita menjelang tengah hari kami tiba di Bandar Udara Abdul Rachman Saleh, Malang dengan lama penerbangan sekitar 1 jam lebih Jakarta-Malang.

Dan begitu tiba di Malang, ternyata teman saya yang dari Surabaya baru bisa berangkat menuju Malang pukul 10 malam karena juga masih menunggu kepastian dari temannya, nah jadilah saya dan Iqbal bingung karena jam 10 malam masih sangat lama sementara kami sudah tiba di Malang pada tengah hari. Setelah makan siang dulu di sebuah Warung Padang di kawasan Bandara Abdul Rachman Saleh, akhirnya kami memutuskan untuk mencari penginapan untuk beristirahat sembari menunggu teman saya yang dari Surabaya. Kami mendapat penginapan di "Simpang Homestay" yang beralamat di jalan Simpang Borobudur no.41 Malang. Walau berupa homestay biasa, tapi ternyata didalamnya bersih dan rapi, kelihatan memang kalau penginapan tersebut walaupun murah tapi terawat, tidak seperti biasanya penginapan kelas bawah yang memang "berpenampilan" alakadarnya. Tarif kamar 100 ribu permalam untuk kelas ekonomi, tidak ada AC tidak ada kipas angin dan kamar mandi diluar, 120 ribu  permalam untuk kelas standart dan yang ber-AC 140 ribu permalam. Tentunya pilihan kami jatuh di pilihan pertama, 100 ribu permalam, kerena hanya numpang istirahat beberapa jam saja sampai tengah malam nanti, dan rasanya tidak butuh kamar ber-AC di Malang yang memang bercuaca sejuk.

Ternyata baru pukul setengah 3 pagi teman saya Adun beserta temannya, Wahyu, tiba di Malang karena berangkat dari Surabaya sudah jam 12 lewat dengan menggunakan 2 motor. Setelah mandi, beres-beres, kemudian check out dari penginapan, saya, Iqbal, Adun, dan Wahyu lalu melanjutkan perjalanan ke Pantai Sendang Biru tempat menyeberang ke Pulau Sempu. Sempat mampir dulu di minimarket untuk belanja logistik selama di Pulau Sempu, jam menunjukkan pukul setengah 4 pagi, sedangkan dari Malang menuju Sendang Biru lama perjalanan sekitar 3 jam, diluar masih gelap gulita, cuaca dingin menusuk dan kabut tebal menjadi teman di sepanjang perjalanan. brrrrrrrrr

Sampai di Sendang Biru pukul setengah 7 pagi, setelah sarapan dan melapor kami langsung menyeberang dengan menggunakan kapal nelayan setempat dengan biaya 100 ribu PP yang memakan waktu sekitar 15 menit. Namun perjalanan masih harus dilanjutkan dengan trekking menuju Telaga Segara Anakan yang jika dalam kondisi kering berkisar sekitar 2 jam, namun jika kondisi trek sedang basah sehabis hujan misalnya, lama trekking bisa sampai 4 jam atau bahkan lebih, jadi sangat disarankan untuk memakai sepatu saat akan trekking untuk memudahkan perjalanan.

Lumayan berasa (ngos-ngosannya) trekking dengan kondisi jalan yang tidak terlalu basah tapi juga tidak terlalu kering, sesekali sempat (hampir) terpeleset akibat licinnya medan, baju dijamin basah bermandikan keringat, ya lumayan lah buat pemula seperti saya. Ditengah perjalanan kami bertemu dengan Pak Gito, dengan memikul 2 karung sampah botol bekas air mineral, sempat bercerita sejenak dengan Pak Gito sambil istirahat sejenak, kata teman saya yang sudah beberapa kali kesini sekarang kondisi nya lebih bersih dari sampah, ya berterimakasih lah kepada orang-orang seperti Pak Gito, kadang kita suka lupa bertanggung jawab memang kalau urusan membuang sampah.
Mulai trekking
Baru juga jalan, langsung nanjak
Ini yang namanya Pak Gito
Bebannya sekitar 20 kilo
Masuk hutan trekking sekitar 2 jam akhirnya nemu pemandangan beginian, aaahhhh
Nah begini jadinya klo gak pake sepatu
Selamat datang di Telaga Segara Anakan, Pulau Sempu
Saat kami tiba tidak ada seorang pun di Telaga Segara Anakan, serasa sedang berada di pantai pribadi, matahari bersinar terik saat siang itu pun tak mengurungkan niat saya untuk buru-buru nyebur. Dibalik bukit karang langsung menuju lautan lepas, berbeda dengan Telaga Segara Anakan, dibalik tebing karang ombak-ombak besar menghempas bebatuan karang, harap berhati-hati saat sedang menyusuri bebatuan karang, karena beberapa kali pernah terjadi kecelakaan akibat terjatuh saat berjalan diatas bebatuan karang.
Kegiatan utama yang dapat dilakukan di Telaga Segara Anakan apalagi kalau bukan berenang berenang berenang dan berenang, setelah sempat istirahat tidur siang sambil melepas lelah akibat perjalanan panjang menuju kesini, pada sore hari tiba rombongan lain yang berasal dari Bandung yang berjumlah 3 orang serta setelah itu tiba lagi rombongan anak sekolahan yang ternyata, membawa rombongan 1 RT, kelihatannya sedang mengadakan acara perpisahan kelas dengan mengunjungi Pulau Sempu.
Malam hari di Pulau Sempu, cahaya bulan yang terang, api unggun, dan tentu saja kopi, menemani kami berbincang-bincang melewati malam di pulau ini. Bangun di pagi hari, setelah  sarapan baru kemudian menjelang siang kami sudah siap-siap untuk kembali pulang, kunjungan selama 2 hari 1 malam ke Pulau Sempu ini memang dirasa begitu singkat, jika saja tidak sedang ada keperluan pastilah saya tidak akan mau beranjak buru-buru dari surga yang tersembunyi ini, semoga suatu hari nanti bisa kembali lagi, sampai bertemu, Segara Anakan.