Saya teringat pada waktu kecil dulu hampir setiap
pagi nenek menyeduh kopi sebelum memulai aktivitasnya, suatu ketika saya
iseng-iseng mencicipi kopi beliau yang tergeletak diatas meja, lidah
bersentuhan dengan benda cair yang ada didalam cangkir, saya tidak langsung
jatuh cinta, hanya heran kenapa nenek begitu suka minuman hitam pekat yang
menjadi penyemangatnya setiap pagi, dan pahit pula. Nenek yang melihat aksi
saya hanya tersenyum seraya bertutur “nanti kalau sudah besar baru minum kopi’.
Dalam pikiran saya pada saat itu, “tidak, saya tidak akan sudi menyentuh
minuman pahit itu, tidak lagi lagi”.
Begitulah awal
perkenalan saya dengan kopi, sebuah perkenalan yang tidak begitu menyenangkan
memang, namun seiring berjalannya waktu semua berbalik ketika dewasa
mendapati diri sangat jatuh hati dengan kopi. Beruntung saya mendapat
kesempatan untuk berkunjung melihat langsung proses perjalanan panjang
secangkir kopi ke Lampung bersama dengan para pemenang cerita pendek
#DiBalikSecangkirKopi yang diselenggarakan oleh Nescafe.
Ini adalah kesekian kalinya saya ke Lampung namun perjalanan kali ini berbeda, sepanjang perjalanan dipenuhi canda tawa dan
hangat oleh obrolan yang sebagian besar membahas tentang kopi, tentu membuat waktu yang terlewatkan tidak begitu terasa.
Lampung merupakan daerah penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia, hal ini
sangat menarik untuk seluruh peserta yang semuanya adalah penikmat kopi. Tempat
pertama yang kami kunjungi adalah kebun kopi percontohan PT. Nestle Indonesia
seluas 4 hektar di Desa Negeri Agung, Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, salah
satu wilayah penghasil kopi di Lampung. Kami disambut oleh para agronomis dari
Nescafe, dengan sabar mereka menjelaskan segala detail tentang program Nescafe Plan yang
merupakan bagian dari Creating Shared Value
(CSV) Nestle dalam membangun kemitraan dengan para petani guna meningkatkan
kualitas dan produktivitas hasil kopi di Lampung. Mereka menceritakan bahwa
permasalahan utama petani kopi di Lampung saat ini terkait dengan berkurangnya
produktivitas akibat banyak tanaman kopi yang sudah berusia tua, melalui
Nescafe Coffee Plan kemitraan dengan petani dilakukan melalui pembagian bibit
kopi berkualitas secara cuma-cuma untuk peremajaan tanaman kopi dan pembinaan
berkelanjutan oleh para ahli agar produktivitas hasil kopi semakin meningkat dan tentu
akan berdampak baik pada kesejahteraan para petani.
Ada pemandangan
berbeda di kebun percontohan milik Nestle, jarak antar tanaman kopi
sangat jarang-jarang dibandingkan dengan tanaman kopi di kebun-kebun milik
petani pada umumnya. Setelah mendapat penjelasan lebih lanjut, ternyata hal
tersebut memang sengaja dilakukan, selama ini pemahaman petani kebanyakan
menganggap semakin dekat jarak antar tanaman kopi yang ditanam berarti semakin
banyak yang dihasilkan, padahal hasilnya belum tentu seperti itu. Selain
menggunakan bibit kopi terbaik dikelasnya, kebun kopi percontohan Nestle juga
ingin membuktikan walaupun jarak antar tanaman kopi jarang-jarang, dengan pengurusan
yang tepat hasil yang diperoleh akan lebih maksimal, dalam hal ini kualitas dan
produktivitas tanaman kopi. Tanaman kopi pada umumnya akan berbuah pada tahun
ke 3 setelah penanaman, yang menarik tanaman kopi di kebun percontohan ini
sudah muncul bakal-bakal bunga kopi walau usianya masih sekitar 1 tahun.
Setelah dari
kebun percontohan kami melanjutkan perjalanan ke Nursery And Training Center yang letaknya tidak begitu jauh, ternyata aktivitas
disini lebih ramai, berbeda dengan pemandangan di kebun kopi yang sepi karena
memang belum masa panen, terdapat sebuah Kelompok Usaha Bersama (KUB) binaan
Nestle juga di lokasi tersebut. Dimulai dari sinilah segala aktivitas para
petani binaan Nestle, mulai dari pelatihan sampai dengan pengembangan
bibit-bibit kopi yang berasal dari Jember, Jawa Timur sebelum dapat ditanam di
kebun para petani. Kami banyak menghabiskan waktu disini, suguhan kopi Lampung
membuat betah untuk berlama-lama sambil bercengkrama dengan para petani.
Kunjungan
selanjutnya menuju Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bintang Jaya, kami disambut
oleh Pak Tono, pengelola KUB yang juga menjalin kemitraan dengan
Nestle. KUB yang kami datangi ini jauh lebih besar dibanding KUB sebelumnya,
semua tertegun ketika mendengar kisah Pak Tono memulai usahanya. Beliau pada
mulanya hanya seorang tukang ojek dan sempat pula menjadi supir taksi,
pelan-pelan dengan usaha yang keras dan gigih mulai menjual kopi di pasar,
sampai akhirnya dengan kopi pula yang menuntun beliau menemukan jalan nasib
yang lebih baik, dan kini mengelola sebuah KUB yang ukurannya sangat besar,
menurut saya. Dari cerita dan pengalaman Pak Tono saya dapat menilai bagaimana
komitmen Nestle dalam pengembangan yang berkelanjutan para petani binaannya,
mudah-mudahan dengan pembinaan tersebut akan muncul Pak Tono-Pak Tono yang
lain, semoga.
Pabrik
pengolahan kopi Nescafe yang terletak di Panjang, Lampung adalah tujuan
terakhir kami. Sebuah pabrik yang sangat tertata rapi dan bersih begitulah
kesan ketika pertama kali tiba. Pabrik ini sudah ada sejak tahun 1979, produk-produk
kopi Nescafe baik yang tersebar di seluruh Indonesia maupun untuk kepentingan
ekspor semuanya bermula dari sini. Kami langsung disambut oleh Pak Budi, Kepala
pabrik Nescafe Panjang. Sebelum mempersilahkan kami berkeliling melihat-lihat
bagaimana proses pembuatan kopi Nescafe, beliau mempresentasikan sejarah
panjang dan program-program berkelanjutan yang diusung oleh Nestle dan Nescafe
khususnya Pabrik Panjang sebagai ujung tombak perkopian di Indonesia. Semua
peserta wajib memakai pakaian khusus yang telah disediakan selama berada di
dalam lingkungan pabrik, dengan ditemani oleh Pak Budi mulailah kami dibawa
berkeliling melihat produksi kopi instan Nescafe.
Kopi yang
digunakan oleh produk Nescafe adalah biji kopi pilihan yang telah memenuhi
standar dari Nescafe yang disanggupi oleh petani. Pihak Nescafe hanya akan
menerima biji kopi dari petani dengan kadar air maksimal 12% dan nilai cacat
kopi (defect)/300gram sampel kopi tidak
melebihi 80. Selain itu untuk menjaga mutu dan rasa yang konsisten kopi harus
melewati tahap coffee tasting,
pada tahap ini kopi akan diuji oleh orang-orang yang sudah terlatih lidah dan
hidungnya untuk memberikan penilaian pada kualitas kopi. Setelah memenuhi
persyaratan biji kopi berkualitas tinggi, barulah biji kopi mulai diolah
menjadi produk Nescafe. Dalam proses pengolahan kopi instan, kopi sangat rentan
terhadap penguapan aroma, sangat disayangkan mengingat kopi robusta Lampung
memiliki aroma yang khas dan banyak digemari oleh penikmat kopi. Kemudian setelah
disangrai, aroma kopi paling banyak hilang pada saat penggilingan. Untuk
mencegah dan mempertahankan aroma kopi, Nescafe menggunakan sebuah teknologi
mutakhir yang bernama ERA (Enchanced Recovery Aroma) untuk menangkap aroma kopi yang menguap ketika proses
penggilingan dan disuntikkan kembali pada saat proses akhir sebelum dikemas
dalam kemasan sehingga aroma tetap terjaga dengan baik.
Saya yakin
setelah kami melihat semua proses panjang pengolahan kopi, tentunya menjadikan
secangkir kopi lebih menarik dan kami semua peserta dengan sendirinya akan
lebih menghargai secangkir kopi. Terimakasih kepada Nescafe yang telah
memberikan pengalaman sangat berharga dan teman-teman baru yang menyenangkan,
dengan kopi kami berkenalan, obrolan tentang kopi tentu akan terus berlanjut di
waktu dan lain kesempatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar