Rabu, 26 November 2014

Terlarut Dalam Secangkir Kopi

Menjadi peminum kopi tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat di daerah tempat saya dibesarkan. Warung kopi menjadi tempat berkumpul segala kalangan, tua dan muda, tempat mengisi waktu, tempat bertemu teman baru dan mulai menjalin keakraban, tempat berbagai kepentingan bercampur aduk didalamnya mulai dari hal-hal paling penting sampai hal-hal yang remeh-temeh sekalipun. Dari tempat ini pula saya mengenal ritual minum kopi. Kecintaan terhadap kopi terus berlanjut ketika menyadari bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan kopi, sebagai peminum kopi tentu ini merupakan sebuah keberuntungan, keberuntungan karena berkesempatan mencicipi berbagai karakter rasa kopi nusantara yang berbeda-beda tentunya.
Keburuntungan tersebut sekaligus juga membuat jatuh cinta lebih dalam dengan kopi, setiap harinya tidak akan terlewat tanpa kehadiran secangkir dua cangkir kopi. Kopi adalah penghibur jiwa di hari yang suram, kopi adalah penyempurna di hari yang menyenangkan. Kopi bagaikan candu, terlena dengannya berarti merelakan diri melekat erat tanpa kesempatan meronta. Selain memberi suntikan energi, meminum kopi bagi saya adalah belajar memahami dan menghargai sebuah proses perjalanan panjang. Jauh sebelum tersaji dihadapan para penikmatnya dengan berbagai macam olahan, kopi adalah hasil dari jerih payah dan keuletan penanamnya, kopi adalah penantian dan buah dari kesabaran, kopi adalah perlakuan yang tepat oleh tangan-tangan terampil yang menggantungkan kehidupan darinya. Penikmat kopi merupakan pemberhentian terakhir dari sebuah perjalanan. Dibalik secangkir kopi bukan hanya sekedar menjanjikan kekayaan rasa dan aroma, ketika hangatnya mulai menyentuh permukaan lidah, mengalir pula kandungan cinta yang tak terputus.

Yuk, ngopi kita?




@intikafonda
Intika Fonda Firnanda