Sabtu, 03 Januari 2015

Melihat Kopi Lampung Dari Dekat

Saya teringat pada waktu kecil dulu hampir setiap pagi nenek menyeduh kopi sebelum memulai aktivitasnya, suatu ketika saya iseng-iseng mencicipi kopi beliau yang tergeletak diatas meja, lidah bersentuhan dengan benda cair yang ada didalam cangkir, saya tidak langsung jatuh cinta, hanya heran kenapa nenek begitu suka minuman hitam pekat yang menjadi penyemangatnya setiap pagi, dan pahit pula. Nenek yang melihat aksi saya hanya tersenyum seraya bertutur “nanti kalau sudah besar baru minum kopi’. Dalam pikiran saya pada saat itu, “tidak, saya tidak akan sudi menyentuh minuman pahit itu, tidak lagi lagi”.

Begitulah awal perkenalan saya dengan kopi, sebuah perkenalan yang tidak begitu menyenangkan memang, namun seiring berjalannya waktu semua berbalik ketika dewasa mendapati diri sangat jatuh hati dengan kopi. Beruntung saya mendapat kesempatan untuk berkunjung melihat langsung proses perjalanan panjang secangkir kopi ke Lampung bersama dengan para pemenang cerita pendek #DiBalikSecangkirKopi yang diselenggarakan oleh Nescafe.

Ini adalah kesekian kalinya saya ke Lampung namun perjalanan kali ini berbeda, sepanjang perjalanan dipenuhi canda tawa dan hangat oleh obrolan yang sebagian besar membahas tentang kopi, tentu membuat waktu yang terlewatkan tidak begitu terasa. Lampung merupakan daerah penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia, hal ini sangat menarik untuk seluruh peserta yang semuanya adalah penikmat kopi. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah kebun kopi percontohan PT. Nestle Indonesia seluas 4 hektar di Desa Negeri Agung, Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, salah satu wilayah penghasil kopi di Lampung. Kami disambut oleh para agronomis dari Nescafe, dengan sabar mereka menjelaskan segala detail  tentang program Nescafe Plan yang merupakan bagian dari Creating Shared Value (CSV) Nestle dalam membangun kemitraan dengan para petani guna meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil kopi di Lampung. Mereka menceritakan bahwa permasalahan utama petani kopi di Lampung saat ini terkait dengan berkurangnya produktivitas akibat banyak tanaman kopi yang sudah berusia tua, melalui Nescafe Coffee Plan kemitraan dengan petani dilakukan melalui pembagian bibit kopi berkualitas secara cuma-cuma untuk peremajaan tanaman kopi dan pembinaan berkelanjutan oleh para ahli agar produktivitas hasil kopi semakin meningkat dan tentu akan berdampak baik pada kesejahteraan para petani. 
Ada pemandangan berbeda di kebun percontohan milik Nestle, jarak antar tanaman kopi sangat jarang-jarang dibandingkan dengan tanaman kopi di kebun-kebun milik petani pada umumnya. Setelah mendapat penjelasan lebih lanjut, ternyata hal tersebut memang sengaja dilakukan, selama ini pemahaman petani kebanyakan menganggap semakin dekat jarak antar tanaman kopi yang ditanam berarti semakin banyak yang dihasilkan, padahal hasilnya belum tentu seperti itu. Selain menggunakan bibit kopi terbaik dikelasnya, kebun kopi percontohan Nestle juga ingin membuktikan walaupun jarak antar tanaman kopi jarang-jarang, dengan pengurusan yang tepat hasil yang diperoleh akan lebih maksimal, dalam hal ini kualitas dan produktivitas tanaman kopi. Tanaman kopi pada umumnya akan berbuah pada tahun ke 3 setelah penanaman, yang menarik tanaman kopi di kebun percontohan ini sudah muncul bakal-bakal bunga kopi walau usianya masih sekitar 1 tahun.
Setelah dari kebun percontohan kami melanjutkan perjalanan ke Nursery And Training Center yang letaknya tidak begitu jauh, ternyata aktivitas disini lebih ramai, berbeda dengan pemandangan di kebun kopi yang sepi karena memang belum masa panen, terdapat sebuah Kelompok Usaha Bersama (KUB) binaan Nestle juga di lokasi tersebut. Dimulai dari sinilah segala aktivitas para petani binaan Nestle, mulai dari pelatihan sampai dengan pengembangan bibit-bibit kopi yang berasal dari Jember, Jawa Timur sebelum dapat ditanam di kebun para petani. Kami banyak menghabiskan waktu disini, suguhan kopi Lampung membuat betah untuk berlama-lama sambil bercengkrama dengan para petani. 
Kunjungan selanjutnya menuju Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bintang Jaya, kami disambut oleh Pak Tono, pengelola KUB yang juga menjalin kemitraan dengan Nestle. KUB yang kami datangi ini jauh lebih besar dibanding KUB sebelumnya, semua tertegun ketika mendengar kisah Pak Tono memulai usahanya. Beliau pada mulanya hanya seorang tukang ojek dan sempat pula menjadi supir taksi, pelan-pelan dengan usaha yang keras dan gigih mulai menjual kopi di pasar, sampai akhirnya dengan kopi pula yang menuntun beliau menemukan jalan nasib yang lebih baik, dan kini mengelola sebuah KUB yang ukurannya sangat besar, menurut saya. Dari cerita dan pengalaman Pak Tono saya dapat menilai bagaimana komitmen Nestle dalam pengembangan yang berkelanjutan para petani binaannya, mudah-mudahan dengan pembinaan tersebut akan muncul Pak Tono-Pak Tono yang lain, semoga.

Pabrik pengolahan kopi Nescafe yang terletak di Panjang, Lampung adalah tujuan terakhir kami. Sebuah pabrik yang sangat tertata rapi dan bersih begitulah kesan ketika pertama kali tiba. Pabrik ini sudah ada sejak tahun 1979, produk-produk kopi Nescafe baik yang tersebar di seluruh Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor semuanya bermula dari sini. Kami langsung disambut oleh Pak Budi, Kepala pabrik Nescafe Panjang. Sebelum mempersilahkan kami berkeliling melihat-lihat bagaimana proses pembuatan kopi Nescafe, beliau mempresentasikan sejarah panjang dan program-program berkelanjutan yang diusung oleh Nestle dan Nescafe khususnya Pabrik Panjang sebagai ujung tombak perkopian di Indonesia. Semua peserta wajib memakai pakaian khusus yang telah disediakan selama berada di dalam lingkungan pabrik, dengan ditemani oleh Pak Budi mulailah kami dibawa berkeliling melihat produksi kopi instan Nescafe.

Kopi yang digunakan oleh produk Nescafe adalah biji kopi pilihan yang telah memenuhi standar dari Nescafe yang disanggupi oleh petani. Pihak Nescafe hanya akan menerima biji kopi dari petani dengan kadar air maksimal 12% dan nilai cacat kopi (defect)/300gram sampel kopi tidak melebihi 80. Selain itu untuk menjaga mutu dan rasa yang konsisten kopi harus melewati tahap coffee tasting, pada tahap ini kopi akan diuji oleh orang-orang yang sudah terlatih lidah dan hidungnya untuk memberikan penilaian pada kualitas kopi. Setelah memenuhi persyaratan biji kopi berkualitas tinggi, barulah biji kopi mulai diolah menjadi produk Nescafe. Dalam proses pengolahan kopi instan, kopi sangat rentan terhadap penguapan aroma, sangat disayangkan mengingat kopi robusta Lampung memiliki aroma yang khas dan banyak digemari oleh penikmat kopi. Kemudian setelah disangrai, aroma kopi paling banyak hilang pada saat penggilingan. Untuk mencegah dan mempertahankan aroma kopi, Nescafe menggunakan sebuah teknologi mutakhir yang bernama ERA (Enchanced Recovery Aroma) untuk menangkap aroma kopi yang menguap ketika proses penggilingan dan disuntikkan kembali pada saat proses akhir sebelum dikemas dalam kemasan sehingga aroma tetap terjaga dengan baik. 

Saya yakin setelah kami melihat semua proses panjang pengolahan kopi, tentunya menjadikan secangkir kopi lebih menarik dan kami semua peserta dengan sendirinya akan lebih menghargai secangkir kopi. Terimakasih kepada Nescafe yang telah memberikan pengalaman sangat berharga dan teman-teman baru yang menyenangkan, dengan kopi kami berkenalan, obrolan tentang kopi tentu akan terus berlanjut di waktu dan lain kesempatan.